Istimewa (13/8) Prosesi pelepasan Ki Jaga Rasa, dari Subang ke istana negara, untuk bertugas membawa bendera pusaka pada kirab upacara hari kemerdekaan. (ANTARA/HO-Dok Dedi Mulyadi)
INFO INVESTIGASI. Subang - Kereta kencana Ki Jaga Rasa yang disimpan di rumah anggota DPR RI Dedi Mulyadi kembali dipercaya untuk membawa bendera sang saka merah putih pada peringatan HUT ke-78 RI di istana negara, Jakarta.
"Ini sebuah kebanggaan dan kehormatan bagi saya kepada Presiden Jokowi yang setiap tahun memberikan tugas mulia pada Ki Jaga Rasa," kata Dedi, di Subang, (11/8).
Ia menyebutkan, kalau kegiatan Ki Jaga Rasa ke istana negara itu rutin digelar setiap Agustus menjelang hari kemerdekaan. Bertugas pada momentum peringatan HUT RI.
Pada tahun ini, kereta kencana Ki Jaga Rasa sudah keempat kalinya digunakan negara untuk membawa duplikat bendera pusaka saat kirab upacara hari kemerdekaan, dari Monas ke istana negara.
Ki Jaga Rasa selama ini disimpan di Bale Pamanah Rasa, Lembur Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang yang merupakan kediaman Dedi Mulyadi.
Kereta kencana buatan tahun 2008 itu dibawa menuju istana negara dengan pengawalan ketat TNI bersenjata lengkap pada Kamis (10/8) malam.
Namun sebelum diberangkatkan, Dedi Mulyadi sebagai pemilik kereta kencana Ki Jaga Rasa melakukan upacara adat pelepasan kereta kencana.
Prosesi pelepasan Ki Jaga Rasa yang akan dibawa ke istana negara tersebut dilakukan dengan upacara adat, seni tari tradisional dan musik gamelan. Upacara keluarnya Ki Jaga Rasa dari Bale Pamanah Rasa disaksikan langsung oleh ribuan warga.
Menurut Dedi, kereta kencana Ki Jaga Rasa merupakan simbol dari pemimpin yang menjaga, melindungi, dan mengayomi masyarakat dengan penuh rasa.
Ia mengatakan, keanekaragaman seni tradisi yang dibawakan atau ditampilkan saat kemerdekaan di istana negara merupakan refleksi dari identitas yang dibangun setiap daerah.
Ia berharap refleksi tersebut terus dipertahankan agar tidak kehilangan identitas Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya.
"Kalau sudah kehilangan identitas maka kehilangan ideologi dan kehilangan jati diri, kalau sudah kehilangan jati diri maka hilang nilai-nilai kebangsaan begitupun hilangnya kepedulian terhadap komitmen menjaga alam," katanya.
Dedi menyebutkan kalau upacara pelepasan kereta kencana tersebut merupakan sebuah bentuk dari upaya menjaga nilai kebangsaan dalam bentuk yang tidak kaku.
"Di Indonesia ada kekakuan yang dianggap protap. Menurut saya kekakuan boleh berubah setiap waktu dan sepanjang zaman, karena kita harus adaptif pada perubahan," katanya.
Nantinya setelah Ki Jaga Rasa menyelesaikan tugasnya di istana negara akan kembali disambut oleh upacara kepulangan ke Lembur Pakuan. (dw/*)